03 Februari 2008

Pikiran manusia yang tiada batas

Writes on 19 July 2007

Pembunuhan itu suatu hal yang rumit. Banyak sekali macamnya. Dari segi niat, ada yang direncanakan (pembunuhan berencana) namanya juga pembunuhan berencana, sudah pasti segala sesuatunya telah direncanakan sematang mungkin. Mulai dari alibi, saksi, bahkan trik untuk membunuh sampai hal terkecil yang ada di TKP. Pembunuhan jenis ini sangat sulit diketahui pelakunya, jelas karena semua telah direncanakan. Pelaku seolah menantang kita, "ayo temukan aku! Maka aku akan membuatmu berkunjung ke neraka!" (itu yang biasa aku lihat di cerita2 misteri) tapi aku tak akan terkejut jika benar-benar ada orang seperti itu di dunia ini. Pembunuhan untuk membela diri atau tak terencana, hanya faktor kebetulan belaka. Alibi dan segala trik juga dilakukan spontan dengan kecepatan pikiran dan situasi. Ada juga judul novel misteri Pembunuhan di ruang tertutup. Kesimpulan awal yang paling masuk akal adalah "Bunuh diri!" karena pembunuhan di ruang tertutup memerlukan trik tertentu. Banyak cara untuk mencapai Roma, untuk itu juga manusia memiliki akal. Berpikir bagaimana cara membunuh tanpa meninggalkan jejak. Ada lagi kasus yang menghebohkan London, Jack The Ripper, pembunuhan berantai atau bisa dibilang sangat keji. Biasanya dilakukan oleh psikopat. Mereka bukan hanya membunuh, tapi juga menyayat mayat korban, dan memotong-motongnya (Aku heran padahal dunia sudah semakin canggih, makanan pun banyak tersedia, kenapa mereka memilih memotong-motong tubuh manusia..? Mungkin akan tiba saatnya di masa depan ada seorang penjual sate dengan tulisan "Sate Manusia!"). Sifat manusia memang misteri yang paling besar di alam ini, tiada yang dapat menebak apa yang ada di pikiran manusia bahkan si manusia sendiri. Sering kali manusia melamun, membiarkan pikirannya mengalir, jauh dari kenyataan. Tak jarang manusia terhanyut dalam pikirannya sendiri, saking indahnya dan betapa tak terbatasnya kemampuan pikiran manusia, tak terbatas, bahkan oleh waktu. Mungkin baik jika pikiran membawa kita kepada hal yang indah, namun coba bayangkan jika pikiran itu membawa kita kepada sebuah drama pembunuhan yang tragis dengan kita sebagai pembunuhnya. Semuanya terlintas begitu saja, layaknya menonton layar lebar, terus saja mengalir bagai air, tanpa keinginan kita untuk membendungnya atau menghentikannya. Hingga terdorong oleh keinginan kita untuk mecujudkannya. Dalam pikiran manusia akan merasa bangga jika bisa berhasil menipu semua orang dengan trik dan muslihat yang dilakukan untuk meloloskan diri dari tuduhan. Hingga muncul ungkapa "Membunuh itu seni!!" (Aku berdiri dan berteriak "Seni pala lu peyang!!" aku meletakkan begitu saja pena dan pergi ke luar)

Bagaimanapun cara yang dilakukan, trik yang digunakan, alibi yang menguatkan, pembunuhan tetaplah pembunuhan. Percobaan penghilangan nyawa manusia, yang tak akan bisa diampuni hanya dengan sepatah kata "Maaf!" Hukuman setimpal pantas diterima oleh seorang pembunuh. Diantara 1001 alasan, hanya beberapa alsan yang sering digunakan untuk membunuh. Uang, wanita, cinta dan dendam. Entahlah sepertinya kata-kata itu terkenal dikalangan masyarakat. Dereshi shi shi....!! bagaimana pun jadinya, aku juga masih sering membiarkan pikiranku mengalir. Tak jarang aku sering menanyakannya pada diriku sendiri hal-hal yang selama ini sering menginap dalam pikiranku. Bagaimana menjadi seorang saksi dari sebuah kasus pembunuhan? Bagaimana menjadi detektif yang bisa memecahkan kasus? Bagaimana menjadi seseorang yang dituduh melakukan pembunuhan? Hingga pikiran yang sampai saat ini aku tergelitik jika mengingatnya lagi. Bagaimana menjadi seorang pembunuh yang cerdik, hingga menggemparkan dunia.

Tidak ada komentar: